Dari: 089797xxxxx
DIJUAL CEPAT BU!!! (BU=Butuh Uang, red).
Mobil xxxxx th 2004 warna hitam, manual
Facelift
Kondisi sangat mulus..
Rp. 150jt (nego)
Hub: Nin 089797xxxxx
Sms ini masuk ke nomor saya. Ke nomor Yusuf Mansur. Selang beberapa hari, saya jawab: Ada yang menawar 1,5M…
Sesaat setelah sms ini kekirim, sang pengirim telpon nelpon saya. Berkali-kali. Saya sedang pas ada kesibukan. Ga kejawab. Tapi saya tahu ada telpon masuk dari nomor ini.
Saat senggang saya baca di antara sms-sms yang masuk ada sms susulan yang agaknya dari nomor tersebut: Subhaanallah Pak… Yang bener…? Ada yang mau mobil saya 1,5 milyar…?
Saya tidak langsung jawab. Saya teringat kisah Sahabat Ustman bin Affan, Sahabat Nabi. Beliau pernah suatu ketika saya dikisahkan, membawa banyak barang dagangan. Di tengah perjalanan, dicegat sama sesama pedagang yang menawarnya 2x lipat harga beli. Sahabat Ustman menolak. Beliau mengatakan, ada yang membeli lebih besar lagi. Jalan lagi, ditawar lagi. Lebih tinggi. Lagi-lagi ditolak. “Ada yang nawar lebih tinggi,” katanya dengan yakin. Sampe saya diceritakan oleh orang-orang tua saya, penawaran tertinggi mencapai 20-30x lipat dari harga Sahabat Ustman beli andai barang itu mau diserahkan/bisa dibeli oleh mereka. Namun Sahabat Ustman terlanjur kepincut tawaran yang lebih tinggi lagi. Karenanya beliau menolak. Ramailah dibicarakan. Ustman gila! Siapa yang mau membeli barang lebih dari harga penawaran kami? Berapa nanti mau dijual? Sahabat Ustman tersenyum. Dengan gagahnya beliau memberitahu, bahwa yang membeli adalah Allah. Tuhannya Muhammad Rasulullah. Allah membeli dengan 700x lipat atau bahkan lebih. Sahabat Ustman memilih menjualnya kepada Allah, alias menyedekahkannya.
Sepenggal kisah ini saya kirimkan kepada yang butuh uang tersebut, hingga ia mau menjual mobilnya. Kenapa saya bilang ada yang mau beli 1,5M? Sebab Allah menjanjikan pembayaran 10x lipat. Dan saya katakan lewat dialog sms dengan beliau, penawaran ini termasuk penawaran terendah. Sebab Allah bisa membalas 700x lipat atau bahkan lebih. Serahkan kepada Allah. Sedekahkan saja. (persoalan kenapa engga dibayarkan saja hutangnya? Itu persoalan lain. Dibahas di sesi-sesi Kuliah Tauhid).
Lamaa si Fulan pengirim sms tersebut ga balas. Hingga saya mengira beliau marah dan tersinggung. Udah seneng-seneng ada yang nawar 1,5M, hingga ia mengesampingkan logikanya, ya seperti pedagang di atas tadi, mana ada? Siapa yang berani menawar hingga segitu? Pedagang bodoh namanya jika ada. Tapi karena terlanjur senang, ia bertanya juga pada saya. Namun kemudian ia lama tak menjawab.
Hingga kemudian ada sms masuk. Mengabarkan bahwa ia percaya. Tapi ia harus jual mobilnya, untuk bayar hutangnya.
Lalu saya menjawab dengan pertanyaan tauhid: Yang Bapak butuhkan bukan jual mobil. Yang bapak butuhkan adalah taubat. Taubat dari segala dosa dan maksiat, serta kelalaian. Bisa jadi banyak meninggalkan masjid, meninggalkan shalat berjamaah, dan terlalu lama meninggalkan shalat-shalat sunnah. Yang diperlukan oleh beliau untuk membayar hutangnya bukan jual mobil. Tapi memperbaiki diri, memperbaiki ibadah. Yang diperlukan olehnya adalah Allah, dan jalan-jalan yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah. Jika kemudian menjual mobil tersebut bisa mendekatkan dirinya kepada Allah, silahkan. Jangan merasa tenang dengan menjual mobil. Seakan-akan hutang akan lunas. Ini juga masuk ke perkara yang rada-rada sombong. Samar. Libatkan Allah. Minta ridhonya Allah. Minta ampunan sama Allah. Minta bantuan Allah.
Saya tutup dengan kalimat PR buat beliau: Jika ditawarkan kepada manusia, maka manusia lebih sering menawar. Dan “pintu menawar” itu dibukanya sendiri dengan kalimat: Bisa nego. Tapi jika ditawarkan kepada Allah, maka insya Allah, Allah akan bayar lebih tinggi lagi. Ga pake nawar. Sebab asli dibayar lebih tinggi.
Mobil kejual, belom tentu hutang lunas… Dan mobil ga kejual, belom tentu hutang ga lunas…
Terus gimana…?
Maaf, ini hanya cuplikan…